×

Situ Cisanti adalah kawasan titik 0 km dari Sungai Citarum. Selain terdapat 7 sumber mata air, danau seluas 7 hektar ini memiliki 80.000 ha hutan tergolong kritis dan sangat kritis, dimana luas hutan yang tersisa hanya 8,9%.

Penebangan hutan tidak hanya terjadi di hutan produksi, namun juga di hutan lindung. Berkurangnya lahan pertanian akibat carut-marut pembangunan, memaksa penduduk untuk membuka lahan di daerah hutan dan lereng sebagai kebun sayur, tanpa menghitung risiko dan dampak lingkungan yang ditimbulkan.

×

Wilayah Bandung Selatan, khususnya di Kecamatan Pangalengan, terkenal sebagai pusat peternakan sapi perah sejak zaman pendudukan Belanda. Pada tahun 2018, ada 8.000 ekor sapi perah yang diternakkan di kawasan ini. Selain itu, Kecamatan Kertasari juga menjadi salah satu daerah peternakan sapi dengan jumlah 5.000 ekor sapi perah.

Namun, sektor peternakan ternyata ikut menyumbang limbah ke Sungai Citarum sebesar 56 ton/hari, sehingga menjadi persoalan serius yang harus segera ditangani.

×

Masalah ekonomi dan ledakan penduduk di Jawa Barat, membuat kebutuhan lahan untuk tempat tinggal kian meningkat. Tercatat sebanyak 18,64 juta jiwa tinggal di sekitar DAS Citarum. Bahkan, bantaran Sungai Citarum disulap menjadi kawasan padat penduduk. 

Selama ini akses air bersih, pengelolaan sanitasi, Tempat Pembuangan Sementara (TPS) dan truk pengangkut sampah belum memadai, dimana sampah rumah tangga 20,5 ton/hari dan limbah tinja sebesar 35,5 ton/hari masih dibuang ke Sungai Citarum. 

×

Gunungan sampah di beberapa titik sepanjang Daerah Aliran Sungai Citarum, di antaranya berasal dari sektor rumah tangga, seperti tinja manusia (± 35,5 ton/hari) dan sampah rumah tangga (± 20.462 ton/hari).

Bahkan ditemukan juga limbah medis berupa alat-alat bekas medis, hingga kantong darah bertuliskan HIV/AIDS. Jenis limbah yang tergolong B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya) ini dibuang oleh perusahaan yang dipercaya beberapa rumah sakit dan (seharusnya) bertanggungjawab dalam mengolah limbah medis.

Aliran limbah yang bertubi-tubi mencemari Citarum sangat berbahaya bagi kesehatan. Bakteri penyebab meningitis atau radang selaput otak hanya salah satu contoh risiko yang bisa menyebar dan menjangkiti manusia.

×

Saat ini, 2.700 pabrik menjadi penyumbang limbah sebesar 340.000 ton/hari ke Sungai Citarum. Dari semua pabrik yang berada di sekitar DAS Citarum, hanya 47% yang mengolah limbahnya sebelum dibuang ke sungai.

Sumber limbah ini cukup sulit diketahui karena banyak pabrik yang melakukan sabotase pipa pembuangan. Mereka sengaja membuat pipa dengan diameter 30 cm diatas permukaan air sungai untuk limbah yang bening, sedangkan limbah yang lebih kotor, berwarna gelap dan panas disalurkan melalui pipa di dalam air sungai.

×

Ada tiga waduk besar yang dimanfaatkan untuk budidaya keramba jaring apung. Tetapi, penduduk kurang memahami bagaimana pengelolaan waduk dan limbah akibat budidaya di DAS Citarum.

Dari ketiga waduk tersebut, tercatat sebanyak 72.000 keramba yang melebihi kapasitas waduk, dimana idealnya hanya bisa menampung 6.000 keramba. Hal ini pun memperparah pencemaran di DAS Citarum, selain dari sampah domestik dan limbah industri.

×

Abrasi terjadi mulai dari hulu sampai hilir Sungai Citarum. Banyaknya alih fungsi lahan juga menyebabkan pengikisan tanah. Namun, abrasi terbesar terjadi di bagian hulu karena tanah di sepanjang sungai tergerus akibat tidak adanya pohon sebagai penghalang alami.

Selain itu, derasnya arus sungai ikut memperburuk abrasi, sehingga banyak tanah tergerus, kemudian mengendap di sungai dan mengakibatkan sedimentasi. Di kawasan hulu saja, jumlah sedimentasi tercatat mencapai 7,3 juta kubik/tahun.

  • Gambaran Umum