‹ BACK

Apa yang sebenarnya terjadi dengan Citarum?

Sejak tahun 1980-an, kondisi Citarum terancam akibat pertumbuhan industri tekstil yang tak diiringi dengan tanggung jawab lingkungan. Hal ini yang menyebabkan Sungai Citarum tercemar berat. Terlebih, ledakan populasi penduduk di Jawa Barat semakin memperkeruh Citarum dengan maraknya pembukaan lahan sebagai tempat tinggal, persoalan sampah rumah tangga, alih fungsi hutan lindung; bahkan bantaran sungai, sehingga menimbulkan pendangkalan dan abrasi.

Keanekaragaman hayati di sepanjang Sungai Citarum

Selain berfungsi sebagai sumber air baku bagi 25 juta jiwa warga di Jawa Barat dan DKI Jakarta, Sungai Citarum juga memiliki keanekaragaman hayati dan bentang alam yang menakjubkan. Beberapa diantaranya yaitu hutan hujan tropis, spesies tanaman; dari Tarum Areuy (Marsdenia tinctoria), Rasamala (Altingia excelsa), hingga Jamuju (Podocarpus imbricatus), serta ikan endemik; Hampala (Hampala macrolepidota), Lawalak (Barbodes bramoides), Beunteur (Puntius binotatus), dan sebagainya.

Sungai Citarum sebagai penunjang peradaban

Selama ribuan tahun, Sungai Citarum telah menjadi urat nadi peradaban manusia. Diyakini saat Kerajaan Tarumanagara berkuasa (4-8 M), Citarum merupakan penunjang majunya masyarakat saat itu, terbukti dengan penataan saluran air untuk pertanian. Kompleks Percandian Batujaya juga dibangun pada masa Kerajaan Tarumanagara, dan terletak 500 meter dari aliran Sungai Citarum hilir.

Sungai bersih adalah hak; sekaligus tanggungjawab

Kesadaran manusia perlu dipertanyakan, karena kerusakan dan penderitaan Citarum telah terjadi sejak lama. Tentu kesempatan ini bukanlah ajang untuk saling tunjuk atau menyalahkan. Inilah waktu dimana perbaikan Sungai Citarum berada di tangan kita bersama. Manusia sangat membutuhkan alam. Adalah hak bagi warga negara untuk mendapatkan lingkungan yang baik dan sehat, tapi juga menjadi suatu kewajiban bagi kita, untuk ikut bertanggung jawab menjaganya.