Silang Sengkarut Sampah Citarum

Ditulis oleh Doni Iqbal
 
Bandung, 14/10/2018 - Pengolahan sampah di Sungai Citarum seolah menjadi persoalan yang tak pernah terselesaikan.
 
Alih-alih menyelesaikan secara tuntas rupanya, sampah ini masih kerap bermunculan.
 
Potret itu terekam jelas, ketika aliran sungai surut, timbunan sampah terkumpul dan mengendap.
 
Kombinasi yang membuat penanganan sampah ini, bak benang kusut yang sulit terurai.  
 
Masifnya pembuangan sampah, tidak diimbangi dengan meratanya fasilitas penampungan dan pengolahan. Tak ayal, sampah tak pernah sepi memenuhi anak sungai, hingga bagian muara ke Citarum.
 
Ironisnya, hal itu menunjukkan minimnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap kelestarian sungai.
 
Sebagai contoh, Kabupaten Bandung secara administratif merupakan kawasan hulu Citarum.
 
Menurut catatan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bandung, produksi sampah harian mencapai 1.440 ton/hari.
 
Jika dihitung dengan 3,6 juta jiwa penduduk Kabupaten Bandung, maka rasio kontribusi sampah tiap warga mencapai 0,4 kilogram.
 
Di tengah minimnya solusi mengurai persoalan sampah, Pemkab Bandung berupaya menginisiasi unit program berupa Bank Sampah Binangkit Sabilulungan.
 
Harapannya, program yang baru diresmikan tahun ini menjadi sarana edukasi pengolahan sampah bagi warga.
 
Salah satu unit usaha itu yakni Bank Sampah Mitra Mandiri, telah berjalan menjadi prototipe di Kabupaten Bandung.
 
Berlokasi di Pangalengan, bank sampah itu berusaha mengubah pola pikir masyarakat yang masih abai terhadap sampah.
 
Fasilitator Bank Sampah Mitra Mandiri, Dedi Kusmayadi, menaruh harapan akan perubahan itu.
 
Setidaknya melalui skema bank sampah, masyarakat diedukasi untuk memilah sampah dari sumber.
 
“Sebetulnya bank sampah ini hanyalah metode saja. Dimana masyarakat diberdayakan untuk membantu mengurangi sampah. Karena ada keuntungan dari memilah sampah, salah satunya ekonomi,” tuturnya.
 
Ada 54 item sampah yang diolah di Kecamatan Pangalengan. Terdapat tiga jenis sampah yang dimanfaatkan, yakni organik, anorganik, dan ekonomis.
 
Sampah yang terakhir disebut dikelola di bank sampah, sementara sampah organik dan anorganik dikelola di luar bank sampah.
 
Sampah yang dihasilkan masyarakat Pangalengan sendiri, mencapai 50 ton/hari. 
 
Bank sampah yang berada di Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, dibentuk pada 2013.
 
Sejak awal dibentuk hingga kini, Mitra Mandiri sanggup menjadikan sampah yang awalnya dianggap sama sekali tak bernilai, untuk dimanfaatkan menjadi barang bernilai ekonomis. Rencananya, akan ada 31 bank sampah dan disebar tiap kecamatan.
 
Bank sampah yang beranggotakan 70 orang ini sanggup menghasilkan keuntungan Rp15 juta/bulan dari hasil transaksi sampah terpilah tersebut.
 
Tak hanya di Pangalengan, Mitra Mandiri juga menjadi mitra pengolahan sampah yang diproduksi di wilayah-wilayah lainnya di Kabupaten Bandung.
 
Mitra Mandiri: Bank Sampah Percontohan
 
Lantaran kesuksesannya tersebut, Mitra Mandiri dijadikan bank sampah percontohan bagi bank sampah lain yang bernaung di bawah Bank Sampah Binangkit Sabilulungan.
 
Upaya baik ini kemudian menjadi kolabolator program Kampung Sabilulungan Bersih, yang digagas Dinas Lingkungan Hidup.
 
Untuk sampai pada titik ini, perjalanan yang ditempuh Dedi dan para koleganya tidaklah mudah.
 
Mereka kerap terlibat dalam pergulatan sengit dengan warga, yang menganggap sebelah mata; atau bahkan menentang keberadaan bank sampah.
 
Namun perlahan tapi pasti, dengan kesabaran melimpah dan upaya tiada henti, suara-suara miring yang semula terdengar nyaring bisa diredam.
 
Sosialisasi tiada henti, termasuk di antaranya melalui program ecovillage yang digagas DLH Provinsi Jawa Barat dalam program Citarum Bestari, membuahkan hasil lumayan.
 
Sedikit demi sedikit, warga mulai memahami cara memilih sampah berdasarkan kategori yang ditentukan, walaupun pemahaman mereka belum sepenuhnya lengkap.
 
“Pada saat ini, pemahaman masyarakat belum merata. Tapi kita tidak pernah lelah untuk mengajak seluruh masyarakat, untuk masalah sampah ini, bagaimana Kecamatan Pangalengan, khususnya Desa Lamajang, ada satu kepedulian dari hulu ke hilir sehingga sampah di desa masing-masing terkelola.”
 
Selain menjadi sumber pendapatan bagi warga, pengolahan sampah yang dilakukan Mitra Mandiri juga memberikan kontribusi bagi lingkungan.
 
Keberadaan bank sampah mencegah warga untuk membuang sampah, ke tepi Sungai Cisangkuy yang bermuara di Citarum.
 
Walau terbilang cukup berhasil, Dedi masih belum puas dengan pencapaian kontribusi yang bisa diberikan Mitra Mandiri.
 
Kedepannya, dia punya impian agar sampah-sampah produk rumah tangga yang dihasilkan warga bisa langsung diolah sehingga bernilai ekonomi.
 
“Ini akan ada efek jumlah sampah ke TPA berkurang. Sampah yang memiliki nilai ekonomis seperti kantong kresek, plastik bening, dipilah karena masih laku dijual,” katanya.
 
Sementara, sisa-sisa sampah plastik yang tak laku dijual bisa dicacah untuk kemudian diolah menjadi paving blok.
 
“Di samping nanti kedepan akan didaur ulang menjadi sebuah produk, juga akan memperpanjang umur TPA itu sendiri. Kalau hanya kumpul, angkut, buang, ini tidak akan menyelesaikan masalah sampah yang ada di Jawa Barat, khususnya di Kabupaten Bandung.”
 
Untuk pengolahan sampah organik, Pemkab Bandung telah menyiapkan siasat melalui program Lubang Cerdas Organik.
 
Siasat ini bertujuan mengedukasi warga untuk membuang sampah-sampah organik, di mana setiap rumah diharuskan memiliki lubang sampah ini.
 
Selain menampung sampah, lubang cerdas organik juga berfungsi menyerap air hujan ke dalam tanah untuk menghindari genangan.
 
Salah satu pekerjaan rumah besar, yang menurut Dedi harus segera diselesaikan saat ini, yaitu menyulap TPA agar memiliki fungsi pengolahan sampah; tidak hanya berguna untuk menampung sampah-sampah buangan belaka.
 
Jika hal tersebut bisa diwujudkan, volume sampah yang berada di tempat pembuangan bisa diminimalisir.
 
Sementara itu, Asih (38) warga sekitar, turut merasakan manfaat bank sampah.
 
Setelah ikut berkontribusi sebagai nasabah bank sampah selama 6 bulan, dia baru menyadari bahwa tertib mengolah sampah mampu mendatangkan keuntungan.